Tangerang- meraknusantara.com,- Ikut-ikutan” atau conformism adalah kecenderungan untuk mengikuti atau menyesuaikan diri dengan kepercayaan atau hal yang dimiliki oleh sekumpulan orang atau jenis grup lainnya yang memiliki Otiritas. Salah satu penyebab Ikut-Ikutan (conformism) adalah keinginan untuk bergabung dengan otoritas atau sekumpulan orang yang bisa memberikan dirinya kekuasaan atau keuntungan.
Kesimpulan pemikiran yang ikut-ikutan ini sudah tidak asing lagi terjadi dilingkungan kehidupan sehari-hari, hal ini dikarenakan Masyarakat sudah cukup apatis ditambah dipusingkan dengan kondisi kehidupan sehari-hari seingga menginginkan kehidupan yang lebih baik tanpa berfikir lebih jauh akan dampak yang ditimbulkan.
Sejak Reformasi Bangsa Indonesia sudah lima kali melangsungkan pemilihan Kepala Negera secara langsung dan beragam pengalaman yang sudah dialami pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Dilaksanakannya Pemilihan umum secara langsung untuk mendapatkan pemimpin yang baik diantara yang buruk dengan harapan dapat membawa kemajuan serta keberlangsungan kehidupan Negera. Namun harapan dan Cita-cita tersebut hanya masih sebatas retorika yang minus implementasi dan jauh dari cita-cita berbangsa sebagaimana yang tercantum pada Konstitusi.
Rakyat dipertontonkan dengan dagelan elit yang seakan jenaka, humanis dan merakyat, pencitraan yang dikemas dengan sebaik mungkin. Dagelan elit atau pencitraan yang dilakukan demi Dominasi Figur dan wacana. Para pendukung elit berlomba melakukan pembenaran serta bullyan pada orang yang memberikan kritikan atau yang tidak sepemikiran. Seakan Membully seseorang dengan berbagai cara sudah dianggap lumrah dilakukan dan cara-cara tersebut berlangsung berulang -ulang hingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan dan bahkan dianggap jadi suatu Pakem.
Para elit Negara yang punyak otoritas berlomba membuat berbagai kebijakan dengan dalil peningkatan gizi anak, perbaikan ekonomi, Pembangunan infrastruktur, Pembangunan stratigis Nasional dan lain sebagainya, sementara disisi lain angka penggangguran semakin meningkat. Dalil atas nama Negara membuat Masyarakat tidak dapat rasional berfikir dan hanya bisa ikut mendukung dikarenakan adanya pengalaman pahit bangs aini pada orde lama.
Salah satu dalil atas nama Negara adalah dengan menaikkan Pajak sampai 12% dan kemungkinan akan disusul dengan kenaikan Pajak STNK 66%, rakyat disuguhi dan dininabobokan dengan dagelan-dagelan para elit dan bantuan beras, padahal sejatinya Rakyatlah yang akan tetap jadi Korban. Pembenaran atas kebijakan yang dibuat dan totonan atas dagelan para elit ditambah kemampuan untuk berfikir objektif membuat terombang-ambingnya pemikiran Masyarakat sehingga dengan demikian mengambil Kesimpulan ikut saja. Anehnya saat ini tidak banyak mahasiswa memberikan kritikan ataupun tanggapan atas fenomena yang terjadi dan bahkan organisasi kepemudaanpun enggan bersuara memberikan tanggapannya terlebih pada fenomena Penggeledahan yang dilakukan oleh Komisi Pemberatasan Korupsi diruang kerja Pimpinan Bank Indonesia.
“Semoga Bangsa Ini cepat Kembali pada Jati dirinya dan semoga tidak menjadi Conformism (ikut-ikutan) apa lagi menjadi followers Negara lain”.
(Santo)
Posting Komentar